Mau nulis pake Bahasa, tapi capek untuk mikir ekstra dua kali lipat. Yep, nulis dalam Bahasa Indonesia itu jauh lebih susah dibandingkan dengan menulis dengan bahasa asing :)
Hidup saya masih sama, masih duduk manis dalam rasionalisasi. Berkehidupan dalam rasionalitas itu gampang. Hidup dalam hati itu juga gampang. Yang susah itu : hidup dalam rasionalitas tapi masih punya hati. Dalam kata lain, bertahan supaya ngga jadi robot tapi ngga jadi balon sabun juga (yang dipegang gampang pecah itu lho).
Tadi itu hidup dalam arti kutipan. Nah, kalau kehidupan dalam arti sebenarnya sekarang saya masih jadi koass yang nggelinding kesana kemari ikut arus sampai waktu lulusnya datang :P . Oh ya, hari-hari belakangan ini semakin bervariasi semenjak si B 450 NG ditarik pulang ke Jakarta, empat tahun sudah dia mengantar saya kemana-mana. Meskipun buluk gitu, dia sudah mengajari saya berbagai jenis hal. Misal: mengganti ban dalam waktu singkat, memancing aki dengan atau tanpa kabel, dan sebagainya. Setelah kepergiannya, saya kembali jadi pengguna transportasi umum. Menunggu bus lewat, berpayung, duduk di angkot yang me-ngetem, dan kalau sudah sampai titik menyerah akhirnya saya naik angkot pribadi alias taksi (tapi jarang-jarang kok). Ketika naik angkutan umum, terlalu banyak hal yang bisa diamati. Menyenangkan tetapi makan waktu :). Delivery service offer? Hmm seperti biasa, menggantungkan diri sama orang masih merupakan sesuatu yang mengerikan buat saya. Kamu pikir saya aneh? Kalau kamu kenal saya, pasti kamu tau alasannya. Setiap sesuatu yang menggantung, selalu ada risiko untuk jatuh :). Saya bukan takut untuk bergantung kok, seandainya mau bergantung saya akan cari dahan yang kuat. Paling tidak, diameternya sebesar badan saya. Semacam mencari abdominal circumferencial :P
Masih sore hari, 17.00
Wew, satu jam berlalu cuma untuk tulisan nggak jelas begini. Saking acak-adutnya, biarlah ia berjudul "Gado-Gado".
Dan hujan pun reda...
No comments:
Post a Comment